Kisah Perjuangan Taipan Prajogo Pangestu Mantan Supir Angkot yang Menjadi orang Terkaya ke-3 di Indonesia

 


Majalah Forbes pada tahun 2019 telah mencatatkan kekayaan taipan Prajogo pangestu sebesar USD 7,6 milliar atau sekitar 106,4 Triliun rupiah. Kekayaan tersebut menempatkan pria kelahiran Sambas Kalimantan Barat tanggal 13 mei 1944 sebagai orang terkaya no-3 di Indonesia. Banyak yang tidak tahu kisah perjuangan beliau dari nol hingga menjadi salah seorang konglomerat terkaya di Indonesia.

 

Prajogo lahir dari seorang buruh penyadap karet. Beliau sempat bersekolah namun tamat hanya sampai jenjang SMP. Hal ini disebabkan kurangnya ekonomi dari kedua orang tuanya. Sebelum mencapai kekayaannya sekarang, beliau pernah sempat merantau ke Jakarta namun hasilnya nihil. Lamaran pekerjaannya ditolak oleh banyak perusahaan dan pengusaha saat itu hingga Prajogo memutuskan kembali ke kampung halamannya dan menjadi supir angkot.

 

Pada saat berprofesi menjadi supir angkot inilah Prajogo bertemu dengan pengusaha kayu dari Malaysia yang bernama Bong sun on atau biasa dikenal dengan Burhan uray yang akan membuka jalan baginya ke dunia bisnis. Pada tahun 1969, akhirnya Prajogo bergabung di PT Djajanti Group milik Burhan Uray. Di PT Djajanti inilah karir Prajogo meningkat pesat dan dalam waktu singkat beliau diangkat menjadi General Manager di pabrik Plywood Nusantara di Gresik, Jawa Timur.

 

Pada tahun 1970-an, Prajogo resign dari PT Djajanti dan memulai bisnis kayunya sendiri. Perusahaan pertamanya bernama CV Pacific Lumber Coy yang beliau beli dari hasil dana pinjaman bank. Perusahaan tersebut kemudian berubah nama menjadi PT Barito Pacific Lumber.

 

Pada tahun 1993 PT Barito Pacific Lumber akhirnya go public dan pada tahun 2007 merubah namanya menjadi Barito Pacific. Setelahnya perusahaan Prayogo ini mengembangkan sayap bisnisnya tidak hanya di perkayuan tapi juga dibanyak bidang terutama dibidang petrokimia.

 

Pada tahun 2007 di bidang Petrokimia PT Barito mengakuisisi 70% saham petrokimia Candra Asri  dan pada tahun 2011 Chandra Asri bergabung dengan Tri Polyta Indonesia yang merupakan salah satu produsen petrokimia terbesar di Indonesia. Hal inilah yang dengan cepat menambah pundi-pundi kekayaan Prajogo.


Terbaru Prajogo telah membeli saham Star Energy Group holding yang sebelumnya dimiliki Thailand sebesar 33,3% saham yang membuat asetnya diperusahaan tersebut menjadi USD 440 juta atau setara dengan 6,2 Triliun rupiah. Prajogo membeli saham 33,3% star energy melalui salah satu perusahaannya yaitu Green Era.



Prajogo sendiri sebelumnya sudah memiliki 66,6% saham star energy sehingga dengan pembelian ini membuat Prajogo menguasai secara penuh saham star energy. Saat ini Star Energy adalah pemegang proyek pembangkit listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Wayang Windu, PLTP Darajat, dan PLTP Salak yang berlokasi di Jawa Barat.

 

Pada tahun 2019 Prajogo juga mendapatkan penghargaan tanda kehormatan Bintang Jasa Utama dari presiden Jokowi dodo karena kiprahnya dibidang bisnis dan petorkimia di Indonesia.

 

Begitulah kisah dari seorang Prajogo Pangestu yang awalnya hanya supir angkot berkat kegigihan dan ketekunannya dalam dunia bisnis bisa menjadi salah seorang manusia terkaya di Indonesia.

Post a Comment

Post a Comment (0)

Previous Post Next Post